Jumat, 29 November 2013

koperasi dan ukm



Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan – badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kehadiran koperasi di tengah-tengah rakyat Indonesia merupakan inovasi baru yang menjadi penunjang kehidupan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah. Karena koperasi merupakan wadah yang cocok bagi masyarakat ekonomi lemah untuk secara bersama-sama meningkatkan usaha mereka sehingga terjadi peningkatan taraf hidup maupun kesejahteraan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas anggotanya, apakah anggota koperasi mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan serta garis kebijakan yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota (Anonimb, 2009).
Pada prinsipnya koperasi dan UKM adalah sama yaitu untuk meringankan beban masyarakat khususnya pengangguran dan masyarakat berpenghasilan rendah untuk mengatasi masalah ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hanya saja koperasi merupakan suatu badan usaha milik bersama dimana modal berasal dari anggotanya, sedangkan UKM merupakan suatu badan usaha milik perseorangan dimana modal berasal dari modal sendiri.
Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun, mengkoordinasi dan mengembangkan potensi yang ada pada anggota sehingga potensi tersebut menjadi kekuatan untuk meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melalui proses nilai tambah. Hal itu dapat dilakukan bila sumberdaya yang ada dapat dikelola secara efisien dan penuh kreasi (inovatif) serta diimbangi oleh kemampuan kepemimpinan yang tangguh.
1
 
Manajemen koperasi juga memiliki tugas membangkitkan potensi dan motif yang tersedia yaitu dengan cara memahami kondisi objektif dari anggota sebagaimana layaknya manusia lainnya. Pihak manajemen dituntut untuk selalu berpikir selangkah lebih maju dalam memberi manfaat dibanding pesaing, hanya dengan itu anggota atau calon anggota tergerak untuk memilih koperasi sebagai alternatif yang lebih rasional dalam melakukan transaksi ekonominya.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.  Sebagai gambaran, kendati  sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan  dalam  ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen  dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas, 14/12/2001). Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM  kurang mendapatkan perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan barulah muncul belakangan ini saja.
UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.  Dengan hal ini maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.  Dengan anjloknya pendapatan masyarakat yang tentu saja mengurangi daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang sebelumnya banyak disuplai oleh usaha berskala besar, Bukan tidak  mungkin yang mengalami kebangkrutan atau setidaknya masa-masa sulit akibat krisis ekonomi.
Fungsi manajemen dalam UKM memiliki peranan yang penting dalam upaya peningkatan usaha dan pendapatan UKM yang bersangkutan. Sebab manajemen dalam UKM berkaitan dengan pola manajemen usaha yang dijalankan UKM, fungsi manajemen yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dan beberapa hal terkait yang erat hubungannya dengan manajemen dalam UKM.

Jumat, 25 Januari 2013


BUDAYA BERBUSANA BATIK
Kalian tahu tidak, kalau ternyata busana batik sudah sangat menjadi kewajiban bagi banyak penduduk Indonesia?  Sudah pasti kita patut bangga pada busana batik yang telah dipakai oleh banyak kalangan. Busana batik yang indah dan elok rupanya ini, ternyata mampu menarik hati para penduduk Indonesia untuk tetap melestarikannya. Ternyata ada banyak rahasia tersembunyi dibalik keindahan dan keelokan busana batik.
SEJARAH BATIK

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Batik berkembang luas sekitar abad 17,18 dan 19, khususnya di wilayah Pulau Jawa, bermula dari kerajaan-kerajaan di Solo danYogyakarta. Awalnya batik hanya sekedar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja, keluarga, dan para pengikutnya.
Lalu banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton. Kesenian batik ini dibawa oleh mereka ke luar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum ibu rumah tangga untuk mengisi waktu senggang. Batik yang dulunya hanya merupakan pakaian keluarga kraton kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang digunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, nila, soga dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
MOTIF DAN CORAK BATIK
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan Sidomukti dan Sidoluhur.
Motif/ corak batik yang dipakai dalam pasowanan di lingkungan
Kraton Surakarta :
1.        Batik Parang Rusak
Motif ini di pakai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati (KGPAA), Pangeran Putra, Pangeran Sentana dan Sentana Dalem yang berpangkat bupati riya nginggil yang bergelar KRMH.
2.        Batik Rejeng
Jenis motif ini dikenakan para komandan prajurit (setingkat Perwira Tinggi) dan duta kraton.
3.        Batik Padhas Gempal
Motif ini di pakai para Abdidalem yang berpangkat Panewu/ Mantri dari golongan Sorogeni (Prajurit Sorogeni, yang berseragam merah) ke bawah.
4.        Batik Medhangan
Motif ini di pakai oleh para Panewu/ Mantri ke bawah dari golongan Sangkragnyana.
5.        Batik Kumitir
Motif ini digunakan oleh para Panewu/ Mantri ke bawah dari golongan kanoman.
6.        Batik Udan Riris
Motif bathik ini di pakai oleh pepatih dalem (dari keterangan Pakoe Boewono XII; apabila Patih tersebut masih menantu Raja).
7.        Batik Semen Latar Putih
Motif ini di pakai oleh Abdidalem yang berpangkat Bupati, Bupati Anom dalam dan luar.
8.        Batik Tambal Miring
 Motif ini di pakai oleh para Abdidalem yang berpangkat Panewu/ Mantri dari golongan Juru Tulis.
9.        Batik Jamblang
Motif ini di pakai oleh para Panewu/ Mantri ke bawah dari golongan kadipaten Anom.
10.    Batik Krambil Secukil
Motif ini di gunakan oleh para Abdidalem Panewu/ Mantri ke bawah, di bawah perintah Kepatihan.
11.    Kain Lurik Perkutut
Merupakan kain yang dipergunakan Abdidalem berpangkat Jajar Priyantaka.
12.    Kain Sindur
Merupakan kain yang dipergunakan Abdidalem Krisdastawa atau Canthangbalung.
13.    Batik Tambal Kanoman
Bathikan kampuh/dodotan para bupati, bupati anom, dan juru tulis kantor.
14.    Batik Ayam Puser
Motif ini dipakai oleh para Abdidalem yg berpangkat Panewu/Mantri ke bawah dari golongan Yogeswara atau Suranata atau Abdidalem Ulama.
15.    Batik Slobog
Motif ini di gunakan oleh para Abdidalem Panewu/ Mantri ke bawah dari golongan niyaga (penabuh gamelan).
16.    Batik Wora -Wari Rumpuk
Motif ini di gunakan oleh para Abdidalem Panewu/ Mantri ke bawah dari golongan Pangrehpraja atau yang membawahi wilayah.
KONDISI BATIK SAAT INI
Batik sudah lama dikenal oleh rakyat Indonesia sejak dulu kala. Dahulu kala banyak ibu-ibu rumah tangga yang menjadikan berbatik sebagai mata pencariannya. Dengan hanya membatik, ibu-ibu rumah tangga mampu menghidupi keluarganya.
Proses pembuatan batik tulis cukuplah lama tergantung dari motifnya. Ada motif yang cukup mudah dan ada yang cukup sulit. Dalam membatik khususnya pada batik tulis memerlukan bahan-bahan seperti malam, wadah malam, canting, kompor, dan kain katun yang telah bermotif.
Proses membatik yang cukup lama membuat harga batik tulis cukup mahal. Karna itu, sekarang muncul cara membatik yang lebih murah seperti batik cap. Munculnya batik cap membuat batik tulis semakin tersingkir. Ibu rumah tangga banyak yang berhenti membatik dan beralih ke pekerjaan lain. Contoh nyata adalah bahwa dahulu ibu saya bekerja sebagai pembatik tetapi selanjutnya beralih menjadi pedagang makanan keliling karena prospek pasar batik tulis yang semakin menurun.
Keberadaan batik tulis yang semakin sedikit ternyata tidak 100 % merugikan. Zaman dahulu busana batik hanya bisa dipakai oleh orang-orang kaya/ orang-orang Kraton, tetapi sekarang busana batik dapat dipakai oleh banyak orang.
Karena batik sudah ditetapkan sebagai warisan asli milik Indonesia maka kita wajib melestarikan dengan membudayakan berbusana batik. Di sekolah-sekolah Indonesia sudah menjadi kewajiban untuk memakai seragam batik pada hari-hari tertentu. Di perguruan tinggi, para mahasiswa diwajibkan memakai busana batik pada acara-acara tertentu. Selanjutnya banyak artis, salah satunya yaitu Agnes Monica, yang memakai busana batik saat berada pada even bertaraf Internasional. Pada acara-acara di masyakat umum (misalnya PKK, Arisan Keluarga, Arisan Ibu-ibu, Sinoman, dan lain-lain), kita bisa melihat bahwa busana batik sudah menjadi keharusan untuk dipakai. Dengan semakin banyaknya orang yang memakai busana batik maka budaya batik akan tetap lestari.
Demikian sedikit tentang batik, semoga bermanfaat.

Senin, 21 Januari 2013

kuljar


ACARA IV


 
KULTUR JARINGAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus)
A.      Pendahuluan
1.      Latar Belakang
 Buah naga atau dragon fruit memang belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia. Tanaman dengan buahnya berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan didaerah tropis seperti di Indonesia.
Kultur jaringan merupakan suatu tehnik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap.
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air besar.

32
 
 Keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan antara lain ditentukan oleh pengunaan komposisi media yang sesuai. Sejumlah laporan telah menunjukkan bahwa setiap genotip (varietas) membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan.
2.      Tujuan
Tujuan dari Praktikum acara Kultur Jaringan Buah Naga  yaitu untuk:
a.         Mengetahui teknik kultur jaringan buah naga
b.         Mengetahui pengaruh BAP dan Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan buah naga
B.       Tinjauan Pustaka
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bln atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman terutama pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80 %, karena itulah tanaman ini sebaiknya ditanam dilahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik (Andi, 2009).
Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang lebih dikenal dengan kultur jaringan terbukti dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam dalam waktu relatif singkat. Aplikasi teknologi ini telah banyak dilakukan terhadap berbagai spesies tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Hutami (1998) untuk perbanyakan tanaman nilam khimera, Mariska (1998) dalam upaya penyediaan benih tanaman jahe dan Kosmiatin (2005) dalam upaya perbanyakan gaharu (Astri, 2010).
Menabur eksplan dilakukan di dalam laminair air flow dengan kondisi aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminair air flow ini, semua perhiasan tangan seperti cincin, jam dan sebagainya harus dilepas, dan tangan dibasuh dahulu dengan alkohol 70%. Dalam menabur eksplan, pekerja harus menggunakan masker penutup mulut dan hidung (Daisy, 1994).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, misalnya cabang dan akr. Kultur jaringan termasuk pula dalam perbanyakan vegetatif. Kelebihan perbanyakan vegetatif adalah tidak ditemukannya kelemahan-kelemahan sebagaimana pada perbanyakan generatif (Joesi, 2001).
Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi dan kombinasi tertentu dari golongan auksin-sitokinin berbeda akan menghasilkan respon buah naga yang berbeda. Penggunaan kinetin yang dikombinasikan dengan NAA memberikan respon lebih baik dibanding penggunaan BAP dikombinasikan dengan IAA terhadap pertumbuhan buah naga. Hasil pengamatan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/L kinetin dan 0,2 mg/L NAA merupakan perlakuan yang lebih baik dibanding perlakuan yang lain dalam menginduksi pertumbuhan tanaman buah naga (Sakka, 2009).
C.      Metode Praktikum
1.       Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Kultur Jaringan Buah Naga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012 pukul 08.30-09.30 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan  Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.       Alat
a.        LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b.       Petridish dan botol-botol kultur
c.        Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
d.       Alat tulis
3.       Bahan


a.       Eksplan buah naga
b.      Media kultur
c.       Alkohol 96%
d.      Aquades steril
e.       Spiritus
f.       Clorox ( Sunclin )
g.      Sunlight
h.      Air
i.        Kertas label


4.       Cara Kerja
a.         Persiapan eksplan
b.         Sterilisasi eksplan ( dilakukan dalam LAFC )
1)        Merendam eksplan dalam larutan chlorox 50% selama ± 5 menit.
2)        Membilas eksplan dengan aquadest steril.
c.         Penanaman eksplan
1)   Membuka penutup botol media kultur.
2)   Memotong eksplan dengan pisau pemes agar ukurannya agak kecil.
3)   Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset dan pisau pemes harus selalu dibakar diatas api dengan direndam dahulu di larutan alkohol 96%.
4)   Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi.
d.        Pemeliharaan
1)   Botol – botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.
2)   Lingkungan diluar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan cahayanya.
3)   Penyemprotan botol – botol kultur dengan spiritus dilakukan 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.
e.         Pengamatan selama 1 bulan, yang diamati :
1)   Persentase keberhasilan kultur jaringan buah naga.
2)   Saat muncul tunas dan akar diamati 2 hari sekali.
3)   Jumlah daun dan akar pada akhir pengamatan.








D.      Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus undatus)
Eksplan
Tanggal
Saat Muncul (HST)
Jumlah
Keterangan
Paraf Coast
Akar
Tunas
Daun
Kalus
Akar
Tunas
Daun
Buah Naga (Hylocereus undatus)
3-5-2012
-
-
-
-
-
-
-
Terkontaminasi oleh jamur berwarna putih yang mengelilingi eksplant

7-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

10-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

14-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

17-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

21-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

24-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

28-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

31-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

Sumber: Laporan Sementara
2.    Pembahasan
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air besar.
Syarat penanaman eksplan agar berhasil adalah media yang sesuai, eksplan yang steril, teknik penanaman yang benar, dan kondisi saat penanaman harus sesuai agar eksplan tidak terkontaminasi. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Selain media tanam faktor lain yang mempengaruhi adalah bahan tanam (ekspan), teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat penanaman serta pada saat pemeliharaan. Kultur jaringan akan gagal bila kesemua syarat tersebut tidak terpenuhi.
Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST (Minggu Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur. Jamur tersebut berwarna putih dan menutupi eksplan. Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang tepat. Selain itu karena peralatan dan kondisi lingkungan yang kurang steril saat penanaman. Selanjutnya karena praktikan belum trampil melakukan kultur jaringan sehingga kemungkinan akan berhasil amat sangat kecil. Kunci agar kultur jaringan ini berhasil adalah praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil dalam melakukan penanaman eksplan sehingga akan mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut. Intinya adalah selalu berlatih dan mencoba-coba terus dalam penanaman eksplan sehingga jika sering berlatih maka eksplanpun akan tumbuh.
Description: IMG_0994
Gambar 4.1. Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus undatus)
E.       Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.         Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan.
b.         Menabur eksplan dilakukan di dalam laminair air flow dengan kondisi aseptik.
c.         Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman.
d.        Syarat agar kultur jaringan berhasil selain dari media tanamnya faktor lain yang mempengaruhi adalah bahan tanam (ekspan), teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat penanaman serta pada saat pemeliharaan.
e.         Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST (Minggu Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur.
f.          Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang tepat, peralatan, dan kondisi lingkungan yang kurang steril sehingga kultur jaringanpun gagal.
g.         Kunci agar kultur jaringan ini berhasil adalah praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil dalam melakukan penanaman eksplan sehingga akan mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut.

2.      Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya alat dan bahan yang digunakan benar-benar steril sehingga eksplan pun dapat tumbuh dengan baik selanjutnya lingkungan penanaman dan pemeliharaan harus tetap dijaga kebersihannya sehingga untuk itu perlulah peran dari coas untuk selalu memberi tahu kepada praktikan bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan tersebut dan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


 
Andi a. 2009. Syarat Tumbuh Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/syarat-tumbuh-buah-naga.html. Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Andi b. Mengenal Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/mengenal-buah-naga.html. Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Astri. 2010. Pengaruh Beberapa Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaenopsis Bellina. http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/artikel/pengaruh_beberapa_media_kultur_jaringan_terhadap_pertumbuhan_planlet_anggrek_phalaenopsis_bellina.pdf. Diakses pada hari Rabu tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu Chevny, A.A., 2005. Bisnis Buah Naga Kian Merekah. Bisnis Indonesia. Terbit tanggal 08-02-2005.
Daisy. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisius.
George, E.F and P.D Sherington, 1983. Handbook of Plant Propagation by Tissue Culture. Easterm Press Ltd. England.
Joesi. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kristanto, D., 2005. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sepdian. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/media-kultur-jaringan.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Takumi, S and Shimada, T., 1997. Variation in Transformation Frequencies Among Six Common Wheat Cultivars Through Particle Bombardment of Scutellar Tissues. Genes genet. Syst., 72:63-69.



40