ACARA IV
|
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Buah naga atau dragon fruit memang belum lama
dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia. Tanaman dengan buahnya
berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia
pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan
dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan didaerah tropis
seperti di Indonesia.
Kultur jaringan merupakan suatu
tehnik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel ataupun
protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media
buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian
tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap.
Buah naga (Hylocereus
undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di
Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g
lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg
kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media
Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam
darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan
kanker usus serta memperlancar buang air besar.
|
2.
Tujuan
Tujuan dari Praktikum acara
Kultur Jaringan Buah Naga yaitu untuk:
a.
Mengetahui teknik kultur jaringan
buah naga
b.
Mengetahui pengaruh BAP dan
Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan buah naga
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat
beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar
matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga
sekitar 60 mm/bln atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun
tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak tahan dengan
genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan
kerusakan tanaman terutama pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang.
Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80 %, karena itulah
tanaman ini sebaiknya ditanam dilahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga
baik (Andi, 2009).
Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang
lebih dikenal dengan kultur jaringan terbukti dapat meningkatkan ketersediaan
bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam dalam waktu relatif singkat.
Aplikasi teknologi ini telah banyak dilakukan terhadap berbagai spesies
tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Hutami (1998) untuk
perbanyakan tanaman nilam khimera, Mariska (1998) dalam upaya penyediaan benih
tanaman jahe dan Kosmiatin (2005) dalam upaya perbanyakan gaharu (Astri, 2010).
Menabur eksplan dilakukan di dalam laminair air flow dengan kondisi
aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminair
air flow ini, semua perhiasan tangan seperti cincin, jam dan sebagainya
harus dilepas, dan tangan dibasuh dahulu dengan alkohol 70%. Dalam menabur
eksplan, pekerja harus menggunakan masker
penutup mulut dan hidung (Daisy, 1994).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, misalnya cabang dan akr. Kultur
jaringan termasuk pula dalam perbanyakan vegetatif. Kelebihan perbanyakan
vegetatif adalah tidak ditemukannya kelemahan-kelemahan sebagaimana pada
perbanyakan generatif (Joesi, 2001).
Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi dan
kombinasi tertentu dari golongan auksin-sitokinin berbeda akan menghasilkan
respon buah naga yang berbeda. Penggunaan kinetin yang dikombinasikan dengan
NAA memberikan respon lebih baik dibanding penggunaan BAP dikombinasikan dengan
IAA terhadap pertumbuhan buah naga. Hasil pengamatan kuantitatif dan kualitatif
menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/L
kinetin dan 0,2 mg/L NAA merupakan perlakuan yang lebih baik dibanding
perlakuan yang lain dalam menginduksi pertumbuhan tanaman buah naga (Sakka,
2009).
C. Metode Praktikum
1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Kultur Jaringan
Buah Naga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012 pukul 08.30-09.30
WIB di Laboratorium Kultur Jaringan
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta .
2.
Alat
a.
LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b.
Petridish dan botol-botol kultur
c.
Peralatan diseksi yaitu pinset
besar/kecil dan pisau pemes
d.
Alat tulis
3.
Bahan
a.
Eksplan buah naga
b.
Media kultur
c.
Alkohol 96%
d.
Aquades steril
e.
Spiritus
f.
Clorox ( Sunclin )
g.
Sunlight
h.
Air
i.
Kertas label
4.
Cara Kerja
a.
Persiapan eksplan
b.
Sterilisasi eksplan ( dilakukan
dalam LAFC )
1)
Merendam eksplan dalam larutan
chlorox 50% selama ± 5 menit.
2)
Membilas eksplan dengan aquadest
steril.
c.
Penanaman eksplan
1)
Membuka penutup botol media
kultur.
2)
Memotong eksplan dengan pisau
pemes agar ukurannya agak kecil.
3)
Mengambil eksplan dan menanamnya
di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset dan pisau pemes harus
selalu dibakar diatas api dengan direndam dahulu di larutan alkohol 96%.
4)
Selama penanaman, mulut botol
harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi.
d.
Pemeliharaan
1)
Botol – botol media berisi eksplan
ditempatkan di rak-rak kultur.
2)
Lingkungan diluar botol harus
dijaga suhu, kelembaban dan cahayanya.
3)
Penyemprotan botol – botol kultur
dengan spiritus dilakukan 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.
e.
Pengamatan selama 1 bulan, yang
diamati :
1)
Persentase keberhasilan kultur
jaringan buah naga.
2)
Saat muncul tunas dan akar diamati
2 hari sekali.
3)
Jumlah daun dan akar pada akhir
pengamatan.
D. Hasil Pengamatan dan
Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil
Pengamatan Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus
undatus)
Eksplan
|
Tanggal
|
Saat
Muncul (HST)
|
Jumlah
|
Keterangan
|
Paraf
Coast
|
|||||
Akar
|
Tunas
|
Daun
|
Kalus
|
Akar
|
Tunas
|
Daun
|
||||
Buah Naga
(Hylocereus undatus)
|
3-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Terkontaminasi
oleh jamur berwarna putih yang mengelilingi eksplant
|
|
7-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
10-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
14-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
17-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
21-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
24-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
28-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
31-5-2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Buah naga (Hylocereus
undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di
Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g
lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg
kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media
Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam
darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan
kanker usus serta memperlancar buang air besar.
Syarat penanaman eksplan agar berhasil adalah media yang
sesuai, eksplan yang steril, teknik penanaman yang benar, dan kondisi saat
penanaman harus sesuai agar eksplan tidak terkontaminasi. Zat pengatur tumbuh
(ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur
pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung
pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang
digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin,
sitokinin, dan giberelin.
Media merupakan faktor utama dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan
perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat
tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya.
Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga
jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya
sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif
komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar
untuk tiap-tiap persenyawaan. Selain media tanam faktor lain yang mempengaruhi
adalah bahan tanam (ekspan), teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat
penanaman serta pada saat pemeliharaan. Kultur jaringan akan gagal bila kesemua
syarat tersebut tidak terpenuhi.
Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST
(Minggu Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur. Jamur tersebut berwarna putih
dan menutupi eksplan. Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang
tepat. Selain itu karena peralatan dan kondisi lingkungan yang kurang steril
saat penanaman. Selanjutnya karena praktikan belum trampil melakukan kultur
jaringan sehingga kemungkinan akan berhasil amat sangat kecil. Kunci agar
kultur jaringan ini berhasil adalah praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil
dalam melakukan penanaman eksplan sehingga akan mendukung keberhasilan kultur
jaringan tersebut. Intinya adalah selalu berlatih dan mencoba-coba terus dalam
penanaman eksplan sehingga jika sering berlatih maka eksplanpun akan tumbuh.
Gambar 4.1. Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus undatus)
E. Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.
Tanaman buah naga termasuk tanaman
tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan
cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan.
b.
Menabur eksplan dilakukan di dalam
laminair air flow dengan kondisi
aseptik.
c.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan
diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman.
d.
Syarat agar kultur jaringan berhasil selain dari
media tanamnya faktor lain yang mempengaruhi adalah bahan tanam (ekspan),
teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat penanaman serta pada saat
pemeliharaan.
e.
Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST (Minggu
Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur.
f.
Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang
tepat, peralatan, dan kondisi lingkungan yang kurang steril sehingga kultur
jaringanpun gagal.
g.
Kunci agar kultur jaringan ini berhasil adalah
praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil dalam melakukan penanaman eksplan
sehingga akan mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut.
2.
Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya alat dan bahan yang
digunakan benar-benar steril sehingga eksplan pun dapat tumbuh dengan baik
selanjutnya lingkungan penanaman dan pemeliharaan harus tetap dijaga
kebersihannya sehingga untuk itu perlulah peran dari coas untuk selalu memberi
tahu kepada praktikan bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan tersebut dan
waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
|
Andi b. Mengenal Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/mengenal-buah-naga.html.
Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Astri. 2010. Pengaruh Beberapa Media Kultur Jaringan
Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaenopsis Bellina. http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/artikel/pengaruh_beberapa_media_kultur_jaringan_terhadap_pertumbuhan_planlet_anggrek_phalaenopsis_bellina.pdf.
Diakses pada hari Rabu tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Basri, Z., 2004.
Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu Chevny, A.A., 2005. Bisnis Buah Naga Kian Merekah. Bisnis
Indonesia. Terbit tanggal 08-02-2005.
Daisy. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisius.
George, E.F and
P.D Sherington, 1983. Handbook of Plant Propagation by Tissue Culture. Easterm
Press Ltd. England.
Joesi. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kristanto, D.,
2005. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan
Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sakka, S. 2009. Pengaruh Kombinasi Auksin-Sitokinin Terhadap
Pertumbuhan Buah Naga. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kultur%20jaringan%20buah%20naga%20dari%20jurnal&source=web&cd=4&sqi=2&ved=0CDEQFjAD&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FMLS%2Farticle%2Fdownload%2F50%2F43&ei=gR2iT7mCIMThrAeCtJicBw&usg=AFQjCNEEEs_KUk4mC6pTW6wA_N_JorlnPQ&cad=rja.
Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Sepdian. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/media-kultur-jaringan.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2012
pukul 11.00 WIB.
Takumi, S and
Shimada, T., 1997. Variation in Transformation
Frequencies Among Six Common Wheat Cultivars Through Particle Bombardment of
Scutellar Tissues. Genes genet. Syst., 72:63-69.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar