Senin, 21 Januari 2013

kuljar


ACARA IV


 
KULTUR JARINGAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus)
A.      Pendahuluan
1.      Latar Belakang
 Buah naga atau dragon fruit memang belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia. Tanaman dengan buahnya berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan didaerah tropis seperti di Indonesia.
Kultur jaringan merupakan suatu tehnik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap.
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air besar.

32
 
 Keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan antara lain ditentukan oleh pengunaan komposisi media yang sesuai. Sejumlah laporan telah menunjukkan bahwa setiap genotip (varietas) membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan.
2.      Tujuan
Tujuan dari Praktikum acara Kultur Jaringan Buah Naga  yaitu untuk:
a.         Mengetahui teknik kultur jaringan buah naga
b.         Mengetahui pengaruh BAP dan Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan buah naga
B.       Tinjauan Pustaka
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bln atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman terutama pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80 %, karena itulah tanaman ini sebaiknya ditanam dilahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik (Andi, 2009).
Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang lebih dikenal dengan kultur jaringan terbukti dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam dalam waktu relatif singkat. Aplikasi teknologi ini telah banyak dilakukan terhadap berbagai spesies tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Hutami (1998) untuk perbanyakan tanaman nilam khimera, Mariska (1998) dalam upaya penyediaan benih tanaman jahe dan Kosmiatin (2005) dalam upaya perbanyakan gaharu (Astri, 2010).
Menabur eksplan dilakukan di dalam laminair air flow dengan kondisi aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminair air flow ini, semua perhiasan tangan seperti cincin, jam dan sebagainya harus dilepas, dan tangan dibasuh dahulu dengan alkohol 70%. Dalam menabur eksplan, pekerja harus menggunakan masker penutup mulut dan hidung (Daisy, 1994).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, misalnya cabang dan akr. Kultur jaringan termasuk pula dalam perbanyakan vegetatif. Kelebihan perbanyakan vegetatif adalah tidak ditemukannya kelemahan-kelemahan sebagaimana pada perbanyakan generatif (Joesi, 2001).
Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi dan kombinasi tertentu dari golongan auksin-sitokinin berbeda akan menghasilkan respon buah naga yang berbeda. Penggunaan kinetin yang dikombinasikan dengan NAA memberikan respon lebih baik dibanding penggunaan BAP dikombinasikan dengan IAA terhadap pertumbuhan buah naga. Hasil pengamatan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/L kinetin dan 0,2 mg/L NAA merupakan perlakuan yang lebih baik dibanding perlakuan yang lain dalam menginduksi pertumbuhan tanaman buah naga (Sakka, 2009).
C.      Metode Praktikum
1.       Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Kultur Jaringan Buah Naga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012 pukul 08.30-09.30 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan  Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.       Alat
a.        LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b.       Petridish dan botol-botol kultur
c.        Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
d.       Alat tulis
3.       Bahan


a.       Eksplan buah naga
b.      Media kultur
c.       Alkohol 96%
d.      Aquades steril
e.       Spiritus
f.       Clorox ( Sunclin )
g.      Sunlight
h.      Air
i.        Kertas label


4.       Cara Kerja
a.         Persiapan eksplan
b.         Sterilisasi eksplan ( dilakukan dalam LAFC )
1)        Merendam eksplan dalam larutan chlorox 50% selama ± 5 menit.
2)        Membilas eksplan dengan aquadest steril.
c.         Penanaman eksplan
1)   Membuka penutup botol media kultur.
2)   Memotong eksplan dengan pisau pemes agar ukurannya agak kecil.
3)   Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset dan pisau pemes harus selalu dibakar diatas api dengan direndam dahulu di larutan alkohol 96%.
4)   Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi.
d.        Pemeliharaan
1)   Botol – botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.
2)   Lingkungan diluar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan cahayanya.
3)   Penyemprotan botol – botol kultur dengan spiritus dilakukan 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.
e.         Pengamatan selama 1 bulan, yang diamati :
1)   Persentase keberhasilan kultur jaringan buah naga.
2)   Saat muncul tunas dan akar diamati 2 hari sekali.
3)   Jumlah daun dan akar pada akhir pengamatan.








D.      Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus undatus)
Eksplan
Tanggal
Saat Muncul (HST)
Jumlah
Keterangan
Paraf Coast
Akar
Tunas
Daun
Kalus
Akar
Tunas
Daun
Buah Naga (Hylocereus undatus)
3-5-2012
-
-
-
-
-
-
-
Terkontaminasi oleh jamur berwarna putih yang mengelilingi eksplant

7-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

10-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

14-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

17-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

21-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

24-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

28-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

31-5-2012
-
-
-
-
-
-
-

Sumber: Laporan Sementara
2.    Pembahasan
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung 82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan vit B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air besar.
Syarat penanaman eksplan agar berhasil adalah media yang sesuai, eksplan yang steril, teknik penanaman yang benar, dan kondisi saat penanaman harus sesuai agar eksplan tidak terkontaminasi. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Selain media tanam faktor lain yang mempengaruhi adalah bahan tanam (ekspan), teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat penanaman serta pada saat pemeliharaan. Kultur jaringan akan gagal bila kesemua syarat tersebut tidak terpenuhi.
Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST (Minggu Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur. Jamur tersebut berwarna putih dan menutupi eksplan. Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang tepat. Selain itu karena peralatan dan kondisi lingkungan yang kurang steril saat penanaman. Selanjutnya karena praktikan belum trampil melakukan kultur jaringan sehingga kemungkinan akan berhasil amat sangat kecil. Kunci agar kultur jaringan ini berhasil adalah praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil dalam melakukan penanaman eksplan sehingga akan mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut. Intinya adalah selalu berlatih dan mencoba-coba terus dalam penanaman eksplan sehingga jika sering berlatih maka eksplanpun akan tumbuh.
Description: IMG_0994
Gambar 4.1. Kultur Jaringan Buah Naga (Hylocereus undatus)
E.       Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.         Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan.
b.         Menabur eksplan dilakukan di dalam laminair air flow dengan kondisi aseptik.
c.         Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman.
d.        Syarat agar kultur jaringan berhasil selain dari media tanamnya faktor lain yang mempengaruhi adalah bahan tanam (ekspan), teknik penanaman, dan kondisi lingkungan pada saat penanaman serta pada saat pemeliharaan.
e.         Keadaan akhir dari eksplan yaitu pada 4 MST (Minggu Setelah Tanam) terkontaminasi oleh jamur.
f.          Kontaminasi terjadi karena cara penanaman yang kurang tepat, peralatan, dan kondisi lingkungan yang kurang steril sehingga kultur jaringanpun gagal.
g.         Kunci agar kultur jaringan ini berhasil adalah praktikan sebaiknya terbiasa dan terampil dalam melakukan penanaman eksplan sehingga akan mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut.

2.      Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya alat dan bahan yang digunakan benar-benar steril sehingga eksplan pun dapat tumbuh dengan baik selanjutnya lingkungan penanaman dan pemeliharaan harus tetap dijaga kebersihannya sehingga untuk itu perlulah peran dari coas untuk selalu memberi tahu kepada praktikan bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan tersebut dan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


 
Andi a. 2009. Syarat Tumbuh Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/syarat-tumbuh-buah-naga.html. Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Andi b. Mengenal Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/mengenal-buah-naga.html. Diakses pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Astri. 2010. Pengaruh Beberapa Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaenopsis Bellina. http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/artikel/pengaruh_beberapa_media_kultur_jaringan_terhadap_pertumbuhan_planlet_anggrek_phalaenopsis_bellina.pdf. Diakses pada hari Rabu tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu Chevny, A.A., 2005. Bisnis Buah Naga Kian Merekah. Bisnis Indonesia. Terbit tanggal 08-02-2005.
Daisy. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisius.
George, E.F and P.D Sherington, 1983. Handbook of Plant Propagation by Tissue Culture. Easterm Press Ltd. England.
Joesi. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kristanto, D., 2005. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sepdian. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/media-kultur-jaringan.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Takumi, S and Shimada, T., 1997. Variation in Transformation Frequencies Among Six Common Wheat Cultivars Through Particle Bombardment of Scutellar Tissues. Genes genet. Syst., 72:63-69.



40
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar